Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Lamhot Sinaga, menyampaikan apresiasi kepada Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, atas keputusan mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP) empat perusahaan tambang yang beroperasi di pulau kecil wilayah Raja Ampat, Papua Barat Daya.
“Tindakan ini menunjukkan keberpihakan negara terhadap kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sektor pariwisata di Raja Ampat yang menjadi salah satu kekayaan ekowisata dunia,” ujarnya di Jakarta, Selasa, 10 Juni 2025.
Lamhot menegaskan bahwa Komisi VII DPR RI mendukung sepenuhnya kebijakan yang berpihak pada pelestarian lingkungan dan menolak eksploitasi sumber daya alam yang merugikan, terutama di kawasan konservasi dan destinasi wisata unggulan seperti Raja Ampat.
“Ini menjadi preseden penting bahwa kegiatan pertambangan tidak boleh merusak ekosistem dan kehidupan masyarakat lokal. Pemerintah harus terus memperketat pengawasan dan seleksi terhadap pemberian izin tambang di wilayah-wilayah sensitif secara ekologis,” tambahnya.
Ia berharap pencabutan izin ini menjadi langkah awal dalam memperkuat pembangunan berkelanjutan yang mengutamakan kepentingan masyarakat serta pelestarian lingkungan dalam jangka panjang.
“Kelestarian Raja Ampat memiliki peran sangat penting bagi pariwisata nasional Indonesia di mata dunia karena kawasan ini merupakan salah satu destinasi ekowisata laut terbaik di dunia,” tuturnya.
Lamhot juga menilai kebijakan yang diambil Prabowo dan Bahlil sejalan dengan visi Asta Cita yang mengedepankan ekonomi berkelanjutan melalui sektor pariwisata. Ia menyebutkan, sejumlah data menunjukkan bahwa ekowisata di Raja Ampat telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan daerah dan membuka banyak lapangan kerja, terutama di sektor perhotelan, transportasi laut, dan pemanduan wisata.
“Selain itu juga Raja Ampat sudah diakui sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia,” katanya.
Ia menambahkan, kekayaan hayati Raja Ampat menjadi magnet utama bagi wisatawan asing, khususnya para penyelam dan peneliti lingkungan. Kerusakan pada ekosistem tersebut, menurutnya, akan menghilangkan daya tarik utama kawasan ini.
“Citra Indonesia sebagai negara yang mampu menjaga alamnya dapat meningkatkan investasi di sektor pariwisata hijau dan menjalin kerja sama internasional,” ujarnya.